I. Persemaian
Persemaian dilakukan sebelum penanaman langsung di lapangan, benih diperam pada kertas merang lembab selama 24 jam di tempat yang hangat. Setelah muncul radikula baru, kecambah dipindah ke polibag ukuran 4 x 7 cm. Media polibag terdiri dari campuran tanah/pasir : pupuk kandang/kompos dengan perbandingan 1 : 1 atau 2 : 1. dan ditambah TSP secukupnya. Setelah pindah semai, media ditambah Petrofur secukupnya. Selama dalam persemaian, bibit disiram air 1 – 2 kali sehari, serta disemprot dengan fungisida atau insektisida untuk mencegah serangan hama atau penyakit dengan dosis rendah. Pindah tanam dilakukan setelah bibit berumur 10 – 15 hari, atau setelah memiliki 2 – 3 daun sempurna.
II. Pengolahan Lahan
Lahan yang tersedia dibajak dan digaru untuk menciptakan kondisi tanah yang berstruktur gembur kemudian dibuat bedengan ukuran 6 x 1 m, dengan jarak antar bedeng 1 m.
Dalam bedengan tersebut ditambah pupuk kandang (25.000 kg/ha), ZA (1200 kg/ha), TSP (250 kg), dan KCl (300 kg/ha). Dosis tersebut merupakan dosis total kebutuhan tanaman. Selanjutnya, bedengan dicangkul untuk meratakan campuran pupuk yang ada. Selanjutnya adalah memasang mulsa plastik hitam perak yang dilakukan pada siang hari.
III. Pindah Tanam (Transplanting)
Satu hari sebelum transplanting, lahan perlu diairi untuk menambah kelembaban tanah. Transplanting dilakukan sore hari untuk memperpendek masa stress tanaman akibat pindah tanam. Plastik disobek hati-hati untuk mencegah pecahnya bola tanah. Bibit ditanam dengan leher akar sejajar dengan permukaan tanah. Daerah tanah kemudian ditekan untuk memadatkan tanah. Setelah transplanting, tanaman perlu dikocor dengan Agrimicin/Agrep dengan konsentrasi 1 gr/lt air. Sedangkan jarak tanam adalah 60 x 50 cm.
IV. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengairan, pemasangan lanjaran, wiwil dan ikat, serta pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman tersebut.
4.1. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis 10 gr per tanaman atau 1 sendok teh untuk aplikasi pertama pada umur 12 hst. Sedangkan aplikasi kedua dan ketiga dengan dosis 20 gr pertanaman atau 1 sendok makan pada umur 25 dan 45 hst. Pupuk diletakkan pada jarak 10 – 20 cm dari tanaman (dibawah mulsa).
4.2. Pengairan
Pengairan diberikan setiap selesai pemupukan. Sedangkan pengairan rutin diberikan dengan melihat kondisi tanah di bawah mulsa. Pada musim hujan, yang harus diperhatikan adalah drainase yang harus terbuka untuk membuang air dari dalam areal tanaman.
4.3. Pemasangan lanjaran
Pemasangan lanjaran bisa dilakukan atau dipasang tanaman belum transplanting atau dipasang setelah selesai tanam. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada akar tanaman.
4.4. Pewiwilan dan Pengikatan
Wiwil adalah pekerjaan membuang tunas-tunas yang tumbuh di ruas ke 3 atau 4. Dampak positif dari wiwil ini adalah mempercepat pertumbuahan tanaman ke atas disamping untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, Sedangkan fungsi ikat adalah agar tanaman dapat menjalar ke atas, sehingga tanaman dapat tumbuh tegak. Dengan ikat akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan dan panen.
4.5. Hama dan Penyakit
4.5.1. Hama dan pengendaliannya
Hama-hama yang biasa menyerang tanaman mentimun adalah thrips, oteng-oteng, lalat buah dan kutu daun.
1. Trips
Ciri-ciri tanaman yang terserang thrips adalah daun keriting ke atas, pertumbuhan kerdil, serta daun menguning. Hama ini dapat dikendalikan dengan pestisida Winder.
2. Oteng-oteng (Aulocaphora sp)
Merupakan kumbang dengan ukuran tubuh 1 cm dengan sayap kuning polos. Menyerang dengan merusak dan memakan daun hingga tinggal tulang daun. Hama ini dikendalikan dengan Lannate dan Sevin 85 s.
3. Lalat buah (Dacus sp)
Lalat menyerang buah dengan bertelur. Larva lalat merusak buah dari dalam> Hama ini dikendalikan dengan memasang perangkap lalat yang telah diberi larutan Petrogenol, serta dengan semprot insektisida yang berbau menyengat seperti Malathion.
4. Kutu daun (Aphids sp))
Kutu berukuran 1 – 2 mm, kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala serangan adalah daun menjadi keriput, keriting dan menggulung ke bawah. Hama ini dapat dikendalikan dengan Perfectin 40 EC.
4.5.2. Penyakit dan pengendaliannya
Sedangkan penyakit yang biasa menyerang adalah rebah bibit, Downy mildew, powdery mildew, layu fusarium dan layu bakteri.
1. Rebah bibit (Dumping off)
Disebabkan oleh jamur Phytium spp., dengan gejala busuk basah pada batang bibit dekat dengan permukaan tanah. Dapat dikendalikan dengan Kocide.
2. Downy mildew (Pseudoperonospora cubensis)
Gejala serangan adalah pada daun terdapat bercak kuning dan berjamur. Pada stadia lanjutan, daun akan menjadi coklat dan busuk. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan Fungisida seperti Victory, Saromyl.
3. Powdery mildew (Erisiphe cichotacearium)
Berkembang jika di tanah kering dimusim kemarau tingkat kelembabannya tinggi. Gejala serangan adalah permukaan batang dan daun tertutupi tepung putih, sehingga daun menguning dan mengering. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida, metalaksil, maneb dan zineb.
4. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium)
Gejala serangan adalah adanya bercak memanjang pada bagian batang dekat permukaan tanah, berwarna kuning dan coklat tua. Jika batang tersebut dipotong, akan tampak lingkaran cincing coklat pada berkas pembuluh. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan kocor dengan menggunakan Kocide.
V. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan setelah buah tampak menguning, dengan ciri permukaan kulit mengeluarkan net/garis seperti jaring. Biasanya tampak pada umur 60 hst. Setelah buah dipanen, buah-buah tersebut dicuring untuk mendapatkan benih yang lebih berisi. Hal ini dilakukan selama 3-5 hari.Setelah curing, buah kemudian dibelah untuk krmudian dikeluarkan isinya dan ditampung dalam wadah besar, untuk diperam lagi selama satu malam. Keesokan harinya baru dilakukan pencucian untuk memisahkan benih dengan kotoran lainnya. Benih-benih yang telah bersih kemudian direndam dalam kaporit selama 5 menit, kemudian ditiris di tempat yang teduh selama 2 jam, kemudian dijemur selama 3 hari sampai kering. Penjemuran dilakukan mulai jam 8 pagi sampai jam 11 siang. Penjemuran diulangi lagi mulai jam 13.00 sampai sore. Hal ini dilakukan agar daya tumbuh benih tetap tinggi.
Dipostingkan Oleh: Dwisucipto
BUDIDAYA MENTIMUN
Tekben Angkatan 5, Sabtu, 18 April 2009Budidaya Kacang Panjang
Tekben Angkatan 5,PETUNJUK BUDIDAYA KACANG PANJANG
I. Persiapan Lahan
Sebelum ditanami lahan dilakukan pembajakan dan digaru, untuk memperoleh struktur tanah yang gembur dan remah. Kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 1-1,2 m atau dibentuk guludan dengan jarak antar guludan 1 m.
II. Penanaman
Kebutuhan benih kacang panjang 21 - 23 kg/ha, khusus untuk varietas KP-01 10,5 kg/ha karena jarak tanam KP-01 lebih besar dan berat bijinya lebih ringan. Sebelum penanaman dilakukan terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan cara ditugal dengan jarak dalam barisan 25 cm dan antar barisan 1 m. Perlubang tanam diisi 2 biji, hal ini dimaksudkan dalam satu lanjaran maksimal 4 tanaman. Setelah itu biji ditanam, ditutup dengan tanah/pupuk kandang yang sudah lembut/remah atau bisa juga dengan abu.
III. Pemeliharaan Tanaman
3.1. Pemupukan
Pemupukan pertama ( I ) dilakukan umur ± 12 hari dengan dosis ZA = 50 kg/ha, SP-36 = 100 kg/ha, KCL = 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal, jaraknya 5 cm dari lubang tanam. Kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan kedua ( II ) dilakukan umur ± 28 hari dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam. Pemupukan ketiga ( III ) dilakukan umur ± 40 hari juga dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.
3.2. Pemasangan Lanjaran
Pemasangan lanjaran dilakukan 10-15 hari setelah tanam ( hst ), kira-kira tinggi tanaman 15-25 cm. Pemasangan lanjaran diantara 2 lubang tanam sehingga jarak antar lanjaran 50 cm. Setiap 5 lanjaran perlu ditambah lanjaran/diperkuat, dengan cara dipasang silang.
3.3. Pemasangan Tali
Pemasangan tali dilakukan setelah pemasangan lanjaran selesai. Tali berguna membantu mengarahkan/merambatkan tanaman. Pemasangan tali ada dua tahap. Tahap I pada ketinggian ± 70 cm dari lanjaran. Tahap II pada ketinggian ± 150 cm dari lanjaran
3.4. Merambatkan
Membantu merambatkan bertujuan untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman baik pucuk tanamn maupun cabang-cabang tanaman. Diharapkan tanaman merambat pada lanjaran dan tali yang telah dipasang, sehingga buah/polong tidak tergeletak di tanah.
3.5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pemupukan, atau dilakukan sewaktu-waktu saat gulma sudah mengganggu pertumbuhan tanaman.
3.6. Pengairan
Pengairan diberikan sesuai kebutuhan, yang terpenting dijaga agar tanaman tidak kelebihan atau kekurangan air. Pengairan sebaiknya dilakukan setelah pemupukan dilakukan. Sedangkan pada musim hujan, pengairan cukup dari air hujan.
3.7. Cek Offtype (Tipe Simpang)
Dilakukan setelah tanaman keluar polong. Dari polong bisa dibedakan dari warna dan panjang polong. Bila polong sudah tua, polong dapat dipecah untuk melihat ada tidaknya CVL dari warna polong.
IV. Hama dan Penyakit
4.1. Hama dan Pengendaliannya
Hama-hama tanaman kacang panjang adalah :
4.1.1. Thrips
Thrips menyerang bagian pucuk tanaman sehingga tanaman menjadi keriting dan kering, sering juga menyerang tunas atau pucuk, sejak tanaman masih kecil hingga besar. Ciri tanaman dewasa dapat berakibat kerontokan pada bunga dan serangan terjadi pada musim kemarau. Pengendalian thrips dengan menggunakan pestisida Winder, Promectin, Agrimec, Confidor dll dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.2. Tungau (Mites)
Tanaman yang terserang tungau akan tampak dari daun-daun yang menggulung ke bawah, dan warnanya hijau kehitaman. Dalam kondisi parah, tanaman dapat mengalami kerontokan daun. Pengendalian dengan menggunakan Samite, Omite, Mitac dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.3. Aphids sp.
Serangan Aphids sp. hampir sama dengan serangan thrips, hanya, bedanya jika pada serangan Aphids, daun menjadi hitam karena tumbuh jamur jelaga yang tumbuh pada kotoran Aphids. Apids dapat dikendalikan dengan Winder, Supracide dll, dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.4. Ulat Polong.
Hama ulat bunga menyebabkan kerontokan pada bunga. sedangkan ulat polong menyebabkan kerusakan pada bagian polong. Kerusakan ini menimbulkan pembusukan bagian tersebut akibat aktifitas mikoorganisme yang berasal dari kotoran ulat tersebut. Hama-hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan Winder dengan dosis sesuai dengan rekomendasi.
4.2. Penyakit dan Pengendaliannya
4.2.1 .Penyakit layu
Penyakit ini bias disebabkan oleh jamur Pytium maupun oleh bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini dapat dicegah dengan kocor dengan Kocide 77, maupun dengan semprot. Sedangkan pengendalian bakteri dengan kocor Bactomycin atau Agrimycin dengan dosis sesuai anjuran.
V. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan setelah polong berwarna coklat dan umur tanaman sekitar 60-70 hari. Panen dilakukan dengan memetik polong yang sudah tua dan biji sudah mulai megeras. Kemudian dijemur diatas terpal atau dibuatkan para-para ditempat yang panas. Setelah kering dipipil dengan alat perontok, biji juga dengan cara manual yaitu dupukul/digebug. Biji hasil pipilan dikeringkan lagi dan disortir, untuk memisahkan biji yang baik dengan biji yang jelek (berlubang, kepeng, kecil).
Dipostingkan Oleh : Dwisucipto
Selengkapnya....
I. Persiapan Lahan
Sebelum ditanami lahan dilakukan pembajakan dan digaru, untuk memperoleh struktur tanah yang gembur dan remah. Kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 1-1,2 m atau dibentuk guludan dengan jarak antar guludan 1 m.
II. Penanaman
Kebutuhan benih kacang panjang 21 - 23 kg/ha, khusus untuk varietas KP-01 10,5 kg/ha karena jarak tanam KP-01 lebih besar dan berat bijinya lebih ringan. Sebelum penanaman dilakukan terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan cara ditugal dengan jarak dalam barisan 25 cm dan antar barisan 1 m. Perlubang tanam diisi 2 biji, hal ini dimaksudkan dalam satu lanjaran maksimal 4 tanaman. Setelah itu biji ditanam, ditutup dengan tanah/pupuk kandang yang sudah lembut/remah atau bisa juga dengan abu.
III. Pemeliharaan Tanaman
3.1. Pemupukan
Pemupukan pertama ( I ) dilakukan umur ± 12 hari dengan dosis ZA = 50 kg/ha, SP-36 = 100 kg/ha, KCL = 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal, jaraknya 5 cm dari lubang tanam. Kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan kedua ( II ) dilakukan umur ± 28 hari dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam. Pemupukan ketiga ( III ) dilakukan umur ± 40 hari juga dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.
3.2. Pemasangan Lanjaran
Pemasangan lanjaran dilakukan 10-15 hari setelah tanam ( hst ), kira-kira tinggi tanaman 15-25 cm. Pemasangan lanjaran diantara 2 lubang tanam sehingga jarak antar lanjaran 50 cm. Setiap 5 lanjaran perlu ditambah lanjaran/diperkuat, dengan cara dipasang silang.
3.3. Pemasangan Tali
Pemasangan tali dilakukan setelah pemasangan lanjaran selesai. Tali berguna membantu mengarahkan/merambatkan tanaman. Pemasangan tali ada dua tahap. Tahap I pada ketinggian ± 70 cm dari lanjaran. Tahap II pada ketinggian ± 150 cm dari lanjaran
3.4. Merambatkan
Membantu merambatkan bertujuan untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman baik pucuk tanamn maupun cabang-cabang tanaman. Diharapkan tanaman merambat pada lanjaran dan tali yang telah dipasang, sehingga buah/polong tidak tergeletak di tanah.
3.5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pemupukan, atau dilakukan sewaktu-waktu saat gulma sudah mengganggu pertumbuhan tanaman.
3.6. Pengairan
Pengairan diberikan sesuai kebutuhan, yang terpenting dijaga agar tanaman tidak kelebihan atau kekurangan air. Pengairan sebaiknya dilakukan setelah pemupukan dilakukan. Sedangkan pada musim hujan, pengairan cukup dari air hujan.
3.7. Cek Offtype (Tipe Simpang)
Dilakukan setelah tanaman keluar polong. Dari polong bisa dibedakan dari warna dan panjang polong. Bila polong sudah tua, polong dapat dipecah untuk melihat ada tidaknya CVL dari warna polong.
IV. Hama dan Penyakit
4.1. Hama dan Pengendaliannya
Hama-hama tanaman kacang panjang adalah :
4.1.1. Thrips
Thrips menyerang bagian pucuk tanaman sehingga tanaman menjadi keriting dan kering, sering juga menyerang tunas atau pucuk, sejak tanaman masih kecil hingga besar. Ciri tanaman dewasa dapat berakibat kerontokan pada bunga dan serangan terjadi pada musim kemarau. Pengendalian thrips dengan menggunakan pestisida Winder, Promectin, Agrimec, Confidor dll dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.2. Tungau (Mites)
Tanaman yang terserang tungau akan tampak dari daun-daun yang menggulung ke bawah, dan warnanya hijau kehitaman. Dalam kondisi parah, tanaman dapat mengalami kerontokan daun. Pengendalian dengan menggunakan Samite, Omite, Mitac dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.3. Aphids sp.
Serangan Aphids sp. hampir sama dengan serangan thrips, hanya, bedanya jika pada serangan Aphids, daun menjadi hitam karena tumbuh jamur jelaga yang tumbuh pada kotoran Aphids. Apids dapat dikendalikan dengan Winder, Supracide dll, dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.4. Ulat Polong.
Hama ulat bunga menyebabkan kerontokan pada bunga. sedangkan ulat polong menyebabkan kerusakan pada bagian polong. Kerusakan ini menimbulkan pembusukan bagian tersebut akibat aktifitas mikoorganisme yang berasal dari kotoran ulat tersebut. Hama-hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan Winder dengan dosis sesuai dengan rekomendasi.
4.2. Penyakit dan Pengendaliannya
4.2.1 .Penyakit layu
Penyakit ini bias disebabkan oleh jamur Pytium maupun oleh bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini dapat dicegah dengan kocor dengan Kocide 77, maupun dengan semprot. Sedangkan pengendalian bakteri dengan kocor Bactomycin atau Agrimycin dengan dosis sesuai anjuran.
V. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan setelah polong berwarna coklat dan umur tanaman sekitar 60-70 hari. Panen dilakukan dengan memetik polong yang sudah tua dan biji sudah mulai megeras. Kemudian dijemur diatas terpal atau dibuatkan para-para ditempat yang panas. Setelah kering dipipil dengan alat perontok, biji juga dengan cara manual yaitu dupukul/digebug. Biji hasil pipilan dikeringkan lagi dan disortir, untuk memisahkan biji yang baik dengan biji yang jelek (berlubang, kepeng, kecil).
Dipostingkan Oleh : Dwisucipto
Langganan:
Postingan (Atom)